KEGIATAN YANG PALING MENGURAS EMOSI ….
Kalau ditanya …Kegiatan mana ?
yang paling menguras emosi dalam organisasi ?, jawabannya adalah
pendidikan dasar, alias penerimaan anggota baru. Bukan kegiatan
prestatif semacam lomba kebut gunung Burangrang Mountain Race (BMR) yg
berskala nasional. Bukan pula kegiatan sosial ekologis mirip JB – OSH.
Bukan SAR , bahkan rescue sekelas tsunami di Aceh tempo hari. Tidak juga
dengan model latihan gabungan antar organisasi.
Kalau ditanya …mengapa ?
Maka saya pribadi akan menjawab, …. Karena yang akan diajarkan bukan
sebatas keahlian teknis semata ( technical expertize ), namun penurunan
sebuah tata-nilai, sebuah belief system, yang telah mentradisi selama
puluhan tahun. Sebuah proses yang sama sekali bukan instan. Kadang
memakan waktu bertahun tahun, mulai dari saat pendaftaran sampai menjadi
seseorang anggota dianggap “mampu”.
Apapun yang dijadikan dasar
metoda, baik dengan cara dikdas model home-base (W) atau gaya mentoring
(M), tujuan akhirnya akan sama. Menjadikan seorang anggota yang tidak
saja mampu membuat program, namun juga mampu melaksanakannya dilapangan,
sesuai dengan kaidah-kaidah standar keumuman dan keharusan, plus
tata-nilai khas yang telah digariskan.
Jika kita kaji lebih jauh, usaha sistemik dimaksud , akan menjalani prosesi tahapan hierarkis sbb ( lihat gambar ) :
1. Tahap KLASIFIKASI bakat dan minat . Dalam pengertian penyaringan
calon anggota di tahap awal. Baik secara sederhana atau yang lebih
kompleks, sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kemampuan tiap organisasi.
2. Tahap penyamaan PERSEPSI. Dalam tahapan ini mulai diperkenalkan
kebiasaan, bahasa dan teori teknis , biasanya disebut sebagai ajang
pra-diklat.
3. Tahap pembentukan KUALIFIKASI. Seluruh pemahaman
teoretis dalam pra diklat dilaksanakan secara langsung di lapangan yang
sesungguhnya. Metoda yang dilakukan bukan lagi simulasi, namun partisi
patorik alias imersion learning atau “going in to the object it sef”.
Hal ini merupakan keniscayaan, karena softskills akan mengambil peran
yang lebih dominan. Penjabaran mudahnya, biasanya dalam bentuk
pelaksanaan prosesi “gunung-hutan”, baik dengan cara home-base maupun
flying-camp.
4. Tahap KOMPETENSI. Pada tahapan ini umumnya adalah
untuk mentransformasikan keahlian lapangan ( kualifikasi ) kedalam
bentuk dan manfaat yang lain. Pendekatan komparatif, atau validasi dari
disiplin ilmu yang lain juga biasa digunakan. Umumnya diberikan saat
masa bimbingan setelah tahap gunung-hutan.
5. Tahap penentuan
POSISI. Ketika kualifikasi dan kompetensi dasar telah dimiliki, maka
selanjutnya adalah tahap uji-coba yang dilakukan secara mandiri, tanpa
bantuan atau mentoring dari senior. Dikenal dengan masa pengembaraan
awal, dimana calon anggota mencoba menempatkan posisi-diri , dimata
masyarakat yang dilalui / dikunjungi, dan sekaligus sebagai calon
anggota dalam internal organisasi.
6. Tahap pembentukan VISI.
Setelah pulang dari pengembaraan, tugas calon anggota adalah membuat
laporan / makalah perjalanan. Isinya sesungguhnya adalah sebuah visi.
Sebuah pandangan subjektif dari seseorang yang mengklaim sudah punya
posisi, sehingga sah untuk memiliki penilaian atas sebuah kondisi dan
realitas yang dihadapinya sepanjang perjalanan / pengembaraan.
7.
Tahap penentuan MISI. Seluruh pandangan tadi (vision) harus
dipertanggung-jawabkan dalam sejumlah rangkaian sidang. Bukan sebatas
sudut pandang keilmuan, namun juga dari cara pandang nya (paradigma).
Hal ini penting, karena cara pandang akan menjabarkan kepemilikan sebuah
kultur baru, sesuai dengan belief-system komunitas yang dimasukinya.
Dalam hal ini berupa “kontribusi dirinya dimasa depan” selaku Pecinta
Alam. Akhir dari sidang umumnya berupa ketetapan organisasi yang
menerimanya sebagai anggota baru, termasuk memiliki NRP. Di Jana Buana
sidang NRP ini, biasa disebut sebagai sidang “kopi pahit”.
8.
Tahap Rencana strategis / RENSTRA. Kontribusi diri, harus direncanakan
dalam bentuk terukur, disesuaikan dengan masa-bakti seperti yang
diharuskan oleh organisasinya. Setiap anggota baru, menyesuaikan diri
dengan renstra organisasi agar bisa berjalan secara harmonis. Masa
bakti, umumnya sekitar 3 tahun, merupakan usaha setiap anggota baru,
untuk menetapkan kontribusi nyatanya selama periode tersebut.
9.
Tahap rencana taktis / RENTAK. Penjadwalan kontribusi diri dalam rentang
waktu yang lebih pendek, umumnya bersifat tahunan. Seperti mengikuti
berbagai seminar, pengembaraan, latihan gabungan, pendidikan
spesialisasi, dsb.
10. Tahap rencana teknis / RENTEK. Jangka
waktu lebih pendek. Umumnya berdurasi 1 – 3 bulanan. Tentang rencana
kerja yang akan diikutinya dalam bentuk program-program kerja.
11. Tahap Pembuatan PROGRAM nyata. Seluruh kontribusi diri dan
organisasi, tak akan bermakna apa-apa jika tidak dijabarkan dalam bentuk
program nyata. Masa bakti dituangkan dalam bentuk keikut sertaan
dirinya dalam penyusunan dan perencanaan program-program, bersama dengan
pengurus.
12. Tahap PELAKSANAAN program. Ikut serta dalam
melakukan eksekusi program, dilapangan secara langsung. Hal ini akan
menaikan derajat kemampuan diri dalam konteks kualifikasi maupun
kompentensi diri.
Jadi jika kembali diurut kronologi sistem
pendidikan dasar, intinya adalah kembali pada konteks “pemberdayaan
manusia”, yang konsisten dengan nilai-nilai kultural yang telah menjadi
tradisi yaitu human-value. Adapun metoda, materi ajar, sistem kurikulum,
rambu-rambu, dll., adalah perangkat agar tujuan hakiki dari sistem
pendidikan dan latihan dasar itu tercapai.
Satu hal yang sangat penting.
Bencana atau musibah, baik insiden maupun aksiden, umumnya terjadi
karena sebuah sistem mengalami set-back. Sistem akan mengami set-back,
jika sebuah atau beberapa urutan kronologis di lompati, lalu pada sebuah
momen tertentu, sistem akan mundur kembali pada tahapan yang “bolong”
tadi.
Persoalannya adalah, setiap sistem set-back akan memakan biaya,
dan yang paling berat tentu berupa “social-cost”,
yang bisa saja berupa materi,
bahkan nyawa ……
Konsekwensi ini,
yang membuat pendidikan dasar
Amat sangat menguras emosi
SCOUT ADVENTURE COMUNITY "GROBOGAN" "Jangan Berkumpul Dengan Burung Kalkun Jika Ingin Terbang Dengan Rajawali"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
SAC GROBOGAN mengadakan kegiatan seru di alam
salam lestari!! 📣 ayo bagi temen" yang ingin merasakan kegiatan dan keseruan bermain di alam, yang pastinya bakal asyik dan bakal rug...
-
Materi REPLING & PRUSIKING 1. PRUSIKING Prusik (diucapkan "prʌsɪk") adalah halangan g...
-
DEFINISI PECINTA ALAM Hasil kesepakatan rapat pleno kongres 2 – th 2002, FK KBPA BR di Gn Manglayang Setelah …. berdiskusi ketat selama ...
-
nih kakak sekilas info tentang SAC GROBOGAN monggo di baca.... ;) ;) SAC (Scout Adventure Community) adalah wadah generasi muda grobo...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar